KAPAL DAMPO AWANG
Pada zaman perwalian, di Indonesia ini ada 9 wali
yang menyebarkan Agama Islam. Wali yang berjulah 9 Wali ( atau biasa disebut Wali
Songo ) tinggal di pulau jawa.
Para
Wali bekerja berat, menyiarkan Agama Islam yang belum dikenal oleh masyarakat ditanah jawa ini sampai
kepelosok - pelosok Hutan dan di puncak
pegunungan, semua Wali semua Wali berjuang siang malam tanpa lelah hanya untuk
satu tujuan, yaitu menyebarkan Agama Islam.
Cara
menyebarkannya pun bermacam – macam, dari yang membangun rumah kecil – kecilan,
untuk belajar mengaji ( saat ini di sebut dengan istilah pesantren ), ada juga
yang di ikuti dengan gamelan jawa dengan gending – gending jawa yang maknanya
mengandung tentang ajaran Agama Islam. Ada juga yang menggunakan cara pementasan
wayang kulit yang ceritanya mengandung ajaran Agama Islam.
Dari
cara – cara tersebut, para Wali Songo telah mendapatkan banyak murid dalam
kurun waktu yang tidak terlalu lama dari golongan orang tua maupun muda, semua
tertarik karena cara para Wali Songo meenyebarkan Agama Islam dengan cara –
cara yang menarik. Tetapi, para penyebar agama lainpun seperti Hindu, Budha,
Nasrani yang baru beredar yaitu Kong Hu Chu yang dibawa oleh masyarakat Cina
yang datang ke Indonesia untuk berdagang, masih menyebarkan agamanya masing –
masing, itulah yang menjadi hambatan kecil untuk wali songo dalam menyebarkan
Agama Islam.
Memang
pada saat itu di pulau jawa ini sangat ramai. Banyak sekali pedagang dari luar
negeri dating membawa barang dagangannya. Ada juga yang menebarkan Agama sambil
berdagang. Bukan cuma membawa dagangan ada juga yang ke pulau jawa ini untuk
membeli rempah – rempah. Mereka berjualan banyak barang – barang, mulai dari
makanan, minuman, pakaian, dan lain – lain. Pada awalnya semua perdagang berjualan
barang – barang yang halal, karena menghormati para Wali yang ada. Mereka
berjualan bahan makanan seperti sayur – sayuran, buah – buahan, dan lain – lain
yang menurut Islam halal, dan jika ada yang dirasa haram, mereka akan
membuangnya seperti contohnya daging babi, daging anjing, dan lain – lain.
Biasanya
para pedagang itu menetap disini selama 6 bulan atau setengah tahun baru pulang
ke negara asalnya karena mereka menunggu angin yang membawa mereka pulang,
karena kebanyakan pedagang menggunakan kapal layar. Kapal layar yang dibawa pun
tidak kecil. Mereka biasa membawa kapal – kapal yang besar sekali karena
digunakan untuk menggangkut dagangannya yang tidak sedikit jumlahnya.
Pada
saat itulah ada seseorang yang bernama Sampoo Tedjie ( Dampo Awang ). Dia juga
merupakan salah satu pedagang dari negeri Cina. Ia berangkat ke Indonesia
karena disana di negeri cina, ia kalah bersaing, toko atau kedai miliknya
sangat sepi, hampir setiap hari tidak ada yang mendatangi kedainya,
dibandingkan 2 kedai yang ada di samping kedainya. kedainya sungguh sepi.
Padahal, 3 kedai yang berjajar itu menjual barang yang sama. Karena hal itulah
Dampo Awang berangkat ke Indonesia.
Dia
datang kesini dengan membawa barang dagangan berupa minuman keras yaitu arak
dan candu yang dibawanya dari kedainya yang bangkrut di negeri Cina. Dia
membawa arak dan candu tersebut untuk memikat para anak – anak muda di sini.
Selain itu, dia juga ikut menyebarkan agama Kong hu Chu di sini. Dia dating ke
sini bersama beberapa awak kapal yang dibawanya. Dengan modal uang yang banyak
dan beberapa drum berisi minuman keras, ia memulai usahanya di Rembang.
Disebuah kedai kecil yang ada di pinggir jalan setapak.
Tidak
disangka, Ia telah memasang harga yang murah, juga di tempat itu ramai. Tetapi
tidak ada yang membeli dagangannya. Akhirnya ia harus pulang ke cina untuk
mengambil minuman keras yang lebih banyak karena di keledainya sudah habis
diminum olehnya dan para anak buahnya setiap malam.
Setelah
kembali ke Rembang, Dampo Awang memperbesar kedainya menjadi semacam rumah
makan yang megah. Al hasil, banyak anak –anak muda yang membeli dagangannya.
Selain anak – anak muda, juga ada beberapa orang tua yang ikut menjadi
langganan warung itu. Belum ada setahun, puluhan drum yang dibawa oleh Dampo Awang
sudah habis terjual di warung itu. Bukan cuma itu, di sekitar warug itu pun
banyak penganut Agama Kong Hu Chu yang disebarkan oleh Dampo Awang. Setelah
kembali ke Rembang karena mengambil minuman keras keras yang lebih banyak,
banyak pemuda dari luar daerah yang datang untuk membeli minuman keras dari
Dampo Awang.
Karena
melihat para pemuda berbondong – bondong pergi, Raden Makdum Ibrahim ( Sunan Bonang
) pun curiga. Sunan Bonang lalu mengikuti kemana arah para pemuda itu.
Ternyata, mereka menuju suatu warung yang menjual minuman keras. Sunan Bonang
lalu mendatangi warung tersebut dan mengusir pemilik toko yaitu Dampo Awang
dari Rembang ini.
Dampo
Awang pun marah. Lantas menantang Sunan Bonang untuk mengadu kekuatan. Karena
ingin mengusir Dampo Awang kembali ke negaranya, Sunan Bonang menerima
tantangan Dampo Awang. Dampo Awang kalah dalam pertarungan tersebut. Tetapi,
sunan Bonang tidak membunuh Dampo Awang, melainkan memanfaatkannya. Sunan
Bonang hanya menyuruh Dampo Awang untuk kembali ke negara asalnya yaitu cina.
Dampo
Awang pun menuruti perintah Sunan Bonang untuk kembali ke kampung halamannya.
Dalam hati Dampo Awang masih menyimpan dendam kepada Sunan Bonang dan berniat
untuk membalasnya. Sunan Bonang pun berkata kepada pemuda – pemuda bahwa minuman
keras atau arak dan candu itu haram hukumnya di Ajaran Agama Islam dan tidak
boleh beredar dimana – mana saja.
Di negara asalnya, Dampo Awang melatih
kekuatannya agar tidak kalah untuk yang kedua kalinyadari Sunan Bonang. Ia
berguru kepada seorang ahli bela diri di
Cina. Dia belajar bela diri dengan tekun. Bukan cuma Dampo Awang, para anak
buahnya pun ikut berguru agar dapat membantu Dampo Awang.
Dampo
Awang kembali lagi ke Rembang bertujuan untuk menantang Sunan Bonang. Dampo
Awang ingin mengadu kesaktian atau kekuatan dengan Sunan Bonang. Sebelum sampai
ke Rembang sunan Bonang sudah menunggu kedatangan Dampo Awang. Sunan Bonang
langsung bertarung dengan Dampo Awang di atas kapal Dampo Awang yang besar
sekali dan penuh dengan minuman keras berupa arak dan candu yang rencananya
akan kembali di jual setelah mengalahkan Sunan Bonang.
Walaupun
sudah dibantu oleh anak buahnya, Dampo Awang tetap saja kalah dari Sunan Bonang.
Agar Dampo Awaqng todak mengulangiperbuatannya lagi, Sunan Bonang menghancurkan
kapal milik Dampo Awang beserta isinya yaiti Dampo Awang, Awak Kapal, dan
puluhan drum brisi arak dan candu.
Sunan
Bonang pun menghancurkan kapal milik Dampo Awang di lautan, kapal Dampo Awang
hancur karena kekuatan Sunan Bonang. Mayat Dampo Awang pun ikut hancur sehingga
tidak ditemukan sampai sekarang. Kapal Dampo Awang yang karam sekarang terdapat
di desa Pancur dan diberi nama Gunung Bugel oleh Sunan Bonang. Puing – puing
kapal yang lain terlempar sampai jauh seperti jangkar Dampo Awang yang terlempar
sampai ke Rembang dan sekarang berada di TRP Kartini Rembang. Sedangkan Layar
kapal Dampo Awang sekarang menjadi Watu Layar yang sekarang menjadi salah satu
obyek wisata di Kabupaten Rembang. Sedangkan Tiang kapal Dampo Awang tidak
terlempar jauh. Sekarang, tiang itu berada di Dukuh Tiyang Desa Pancur. Orang –
orang di sekitarnya percaya bahwa siapapun orang yang dapat melempar batu
melebihi tinggi tiang tersebut maka segala keinginannya akan tercapai.
hasil karya : prayoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa tinggalkan pesan demi kemajuan blog ini. terimakasih telah berkunjung.