Label

Jumat, 18 November 2011

SEDIKIT CERITA KAPAL DAMPO AWANG


KAPAL DAMPO AWANG

Pada zaman perwalian, di Indonesia ini ada 9 wali yang menyebarkan Agama Islam. Wali yang berjulah 9 Wali ( atau biasa disebut Wali Songo ) tinggal di pulau jawa.
            Para Wali bekerja berat, menyiarkan Agama Islam yang belum dikenal  oleh masyarakat ditanah jawa ini sampai kepelosok  - pelosok Hutan dan di puncak pegunungan, semua Wali semua Wali berjuang siang malam tanpa lelah hanya untuk satu tujuan, yaitu menyebarkan Agama Islam.
            Cara menyebarkannya pun bermacam – macam, dari yang membangun rumah kecil – kecilan, untuk belajar mengaji ( saat ini di sebut dengan istilah pesantren ), ada juga yang di ikuti dengan gamelan jawa dengan gending – gending jawa yang maknanya mengandung tentang ajaran Agama Islam. Ada juga yang menggunakan cara pementasan wayang kulit yang ceritanya mengandung ajaran Agama Islam.
            Dari cara – cara tersebut, para Wali Songo telah mendapatkan banyak murid dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama dari golongan orang tua maupun muda, semua tertarik karena cara para Wali Songo meenyebarkan Agama Islam dengan cara – cara yang menarik. Tetapi, para penyebar agama lainpun seperti Hindu, Budha, Nasrani yang baru beredar yaitu Kong Hu Chu yang dibawa oleh masyarakat Cina yang datang ke Indonesia untuk berdagang, masih menyebarkan agamanya masing – masing, itulah yang menjadi hambatan kecil untuk wali songo dalam menyebarkan Agama Islam.
            Memang pada saat itu di pulau jawa ini sangat ramai. Banyak sekali pedagang dari luar negeri dating membawa barang dagangannya. Ada juga yang menebarkan Agama sambil berdagang. Bukan cuma membawa dagangan ada juga yang ke pulau jawa ini untuk membeli rempah – rempah. Mereka berjualan banyak barang – barang, mulai dari makanan, minuman, pakaian, dan lain – lain. Pada awalnya semua perdagang berjualan barang – barang yang halal, karena menghormati para Wali yang ada. Mereka berjualan bahan makanan seperti sayur – sayuran, buah – buahan, dan lain – lain yang menurut Islam halal, dan jika ada yang dirasa haram, mereka akan membuangnya seperti contohnya daging babi, daging anjing, dan lain – lain.
            Biasanya para pedagang itu menetap disini selama 6 bulan atau setengah tahun baru pulang ke negara asalnya karena mereka menunggu angin yang membawa mereka pulang, karena kebanyakan pedagang menggunakan kapal layar. Kapal layar yang dibawa pun tidak kecil. Mereka biasa membawa kapal – kapal yang besar sekali karena digunakan untuk menggangkut dagangannya yang tidak sedikit jumlahnya.
            Pada saat itulah ada seseorang yang bernama Sampoo Tedjie ( Dampo Awang ). Dia juga merupakan salah satu pedagang dari negeri Cina. Ia berangkat ke Indonesia karena disana di negeri cina, ia kalah bersaing, toko atau kedai miliknya sangat sepi, hampir setiap hari tidak ada yang mendatangi kedainya, dibandingkan 2 kedai yang ada di samping kedainya. kedainya sungguh sepi. Padahal, 3 kedai yang berjajar itu menjual barang yang sama. Karena hal itulah Dampo Awang berangkat ke Indonesia.
            Dia datang kesini dengan membawa barang dagangan berupa minuman keras yaitu arak dan candu yang dibawanya dari kedainya yang bangkrut di negeri Cina. Dia membawa arak dan candu tersebut untuk memikat para anak – anak muda di sini. Selain itu, dia juga ikut menyebarkan agama Kong hu Chu di sini. Dia dating ke sini bersama beberapa awak kapal yang dibawanya. Dengan modal uang yang banyak dan beberapa drum berisi minuman keras, ia memulai usahanya di Rembang. Disebuah kedai kecil yang ada di pinggir jalan setapak.
            Tidak disangka, Ia telah memasang harga yang murah, juga di tempat itu ramai. Tetapi tidak ada yang membeli dagangannya. Akhirnya ia harus pulang ke cina untuk mengambil minuman keras yang lebih banyak karena di keledainya sudah habis diminum olehnya dan para anak buahnya setiap malam.
            Setelah kembali ke Rembang, Dampo Awang memperbesar kedainya menjadi semacam rumah makan yang megah. Al hasil, banyak anak –anak muda yang membeli dagangannya. Selain anak – anak muda, juga ada beberapa orang tua yang ikut menjadi langganan warung itu. Belum ada setahun, puluhan drum yang dibawa oleh Dampo Awang sudah habis terjual di warung itu. Bukan cuma itu, di sekitar warug itu pun banyak penganut Agama Kong Hu Chu yang disebarkan oleh Dampo Awang. Setelah kembali ke Rembang karena mengambil minuman keras keras yang lebih banyak, banyak pemuda dari luar daerah yang datang untuk membeli minuman keras dari Dampo Awang.
            Karena melihat para pemuda berbondong – bondong pergi, Raden Makdum Ibrahim ( Sunan Bonang ) pun curiga. Sunan Bonang lalu mengikuti kemana arah para pemuda itu. Ternyata, mereka menuju suatu warung yang menjual minuman keras. Sunan Bonang lalu mendatangi warung tersebut dan mengusir pemilik toko yaitu Dampo Awang dari Rembang ini.
            Dampo Awang pun marah. Lantas menantang Sunan Bonang untuk mengadu kekuatan. Karena ingin mengusir Dampo Awang kembali ke negaranya, Sunan Bonang menerima tantangan Dampo Awang. Dampo Awang kalah dalam pertarungan tersebut. Tetapi, sunan Bonang tidak membunuh Dampo Awang, melainkan memanfaatkannya. Sunan Bonang hanya menyuruh Dampo Awang untuk kembali ke negara asalnya yaitu cina.
            Dampo Awang pun menuruti perintah Sunan Bonang untuk kembali ke kampung halamannya. Dalam hati Dampo Awang masih menyimpan dendam kepada Sunan Bonang dan berniat untuk membalasnya. Sunan Bonang pun berkata kepada pemuda – pemuda bahwa minuman keras atau arak dan candu itu haram hukumnya di Ajaran Agama Islam dan tidak boleh beredar dimana – mana saja.
             Di negara asalnya, Dampo Awang melatih kekuatannya agar tidak kalah untuk yang kedua kalinyadari Sunan Bonang. Ia berguru kepada seorang ahli bela diri  di Cina. Dia belajar bela diri dengan tekun. Bukan cuma Dampo Awang, para anak buahnya pun ikut berguru agar dapat membantu Dampo Awang.
            Dampo Awang kembali lagi ke Rembang bertujuan untuk menantang Sunan Bonang. Dampo Awang ingin mengadu kesaktian atau kekuatan dengan Sunan Bonang. Sebelum sampai ke Rembang sunan Bonang sudah menunggu kedatangan Dampo Awang. Sunan Bonang langsung bertarung dengan Dampo Awang di atas kapal Dampo Awang yang besar sekali dan penuh dengan minuman keras berupa arak dan candu yang rencananya akan kembali di jual setelah mengalahkan Sunan Bonang.
            Walaupun sudah dibantu oleh anak buahnya, Dampo Awang tetap saja kalah dari Sunan Bonang. Agar Dampo Awaqng todak mengulangiperbuatannya lagi, Sunan Bonang menghancurkan kapal milik Dampo Awang beserta isinya yaiti Dampo Awang, Awak Kapal, dan puluhan drum brisi arak dan candu.
            Sunan Bonang pun menghancurkan kapal milik Dampo Awang di lautan, kapal Dampo Awang hancur karena kekuatan Sunan Bonang. Mayat Dampo Awang pun ikut hancur sehingga tidak ditemukan sampai sekarang. Kapal Dampo Awang yang karam sekarang terdapat di desa Pancur dan diberi nama Gunung Bugel oleh Sunan Bonang. Puing – puing kapal yang lain terlempar sampai jauh seperti jangkar Dampo Awang yang terlempar sampai ke Rembang dan sekarang berada di TRP Kartini Rembang. Sedangkan Layar kapal Dampo Awang sekarang menjadi Watu Layar yang sekarang menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten Rembang. Sedangkan Tiang kapal Dampo Awang tidak terlempar jauh. Sekarang, tiang itu berada di Dukuh Tiyang Desa Pancur. Orang – orang di sekitarnya percaya bahwa siapapun orang yang dapat melempar batu melebihi tinggi tiang tersebut maka segala keinginannya akan tercapai.

hasil karya : prayoga 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan pesan demi kemajuan blog ini. terimakasih telah berkunjung.